BAB I
PENDAHULUAN
Lembaga pendidikan merupakan suatu sumber utama manajemen
dalam mengatur proses belajar mengajar dengan tertib sehingga tercapainya
tujuan lembaga pendidikan tersebut. Kepala Sekolah dan guru
disekolah sangat memerlukan data-data tentang siswa, kurikulum, sarana dan
sebagainya untuk pengelolaan sekolah sehari-hari. Pengawas sekolah juga
membutuhkan data-data tersebut sebagai
bahan sarana supervisi. Untuk tingkat yang lebih tinggi misalnya Dinas
Penididikan memerlukan data-data tersebut untuk pelaporan yang lebih tinggi,
untuk melakukan pembinaan, serta menyusun rencana atau program pendidikan pada
masa mendatang.
Data pendidikan di sekolah sangat banyak macam dan jenisnya.
Ada yang bersifat relatif tetap dan ada yang selalu berubah. Untuk mendapatkan
gambaran perubahan data dari waktu ke waktu, perlu dilakukan pencatatan yang
teratur dan berkelanjutan dengan menggunakan sistem yang tepat. Agar pencatatan data lebih akurat dan benar
sesuai yang diharapkan tenaga administrasi yang terampil dan mengetahui apa
yang menjadi tugasnya.
Di sebuah sekolah, kepala Sekolah juga berperan sebagai
administrator dibantu oleh guru dan pegawai tata usaha dengan cara membagi
tugas administrasi mereka. Agar dalam melaksanakan tugas administrasi dan pelaporan
data sekolah dengan cepat dan benar diperlukan suatu kemampuan dalam kegiatan
manajemen sekolah.
Manajemen pendidikan untuk saat ini merupakan hal
yang harus diutamakan untuk kelangsungan
pendidikan sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas. Namun kenyataan yang
ada, banyak institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang baik dalam
pengelolaan pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih konvensional,
sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas.
Hal ini mengakibatkan sasaran-sasaran ideal pendidikan yang seharusnya bias dipenuhi
ternyata tidak bisa diwujudkan. Parahnya terkadang para pengelola pendidikan
bahkan tidak memahami bagaimana melakukan kegiatan manajemen di sekolah,
sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam proses pendidikan.
Untuk
mampu melaksanakan kegiatan manajemen pendidikan dengan lebih baik, para
pengelola pendidikan mulai dari pegawai tata usaha, guru hingga kepala sekolah
terlebih dahulu harus memahami konsep manajemen dan fungsi-fungsi dari kegiatan
manajemen tersebut.
Dalam
makalah ini, penulis ingin menguraikan lebih lanjut tentang konsep dasar
manajemen pendidikan dan bagaimana pelaksanaan manajemen pendidikan yang baik
sehingga lembaga pendidikan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kerangka Teoritis
1.
Pengertian Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Pengertian manajemen Menurut James A.F. Stoner
adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi
serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya
John D.
Millett membatasi manajemen menjadi suatu proses pengarahan dan pemberian
fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk
mencapai tujuan (dalam Siswanto, 2005:1).Millett menekankan bahwa manajemen
sebagai suatu proses, yaitu suatu rangkaian aktivitas yang satu sama lain
saling berurutan, yaitu:
a.
Proses
pengarahan (process of directing), yaitu suatu rangkaian kegiatan untuk
memberikan petunjuk atau instruksi dari seorang atasan kepada bawahan atau
kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal dan untuk pencapaian
tujuan.
b.
Proses
pemberian fasilitas kerja (process of facilitating the work), yaitu rangkaian
kegiatan untuk memberikan saran dan prasarana serta jasa yang memudahkan
pelaksanaan pekerjaan dari seorang atasan kepada bawahan atau kepada orang yang
terorganisasi dalam kelompok formal untuk pencapaian suatu tujuan. (dalam
Siswanto, 2005:1-2).
Definisi
lain dari manajemen yang diuraikan oleh G.R. Terry. Menurutnya manajemen adalah
suatu proses khusus yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
lainnya (dalam Hasibuan, 2005:2).
Ulbert
Silalahi (1996) mendefinisikan manajemen sebagai sebagai kegiatan
mendayagunakan sumber-sumber (manusia dan non manusia) dan tugas melalui
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, pemimpinan dan
pengontrolan sehingga individu atau kelompok yang bekerja sama dapat bekerja
efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam
konteks pendidikan, manajemen dapat diartikan dengan istilah administrasi
pendidikan yakni sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua
sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses untuk
mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan
prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dsb untuk mencapai
tujuan dan sasaran pendidikan
Wanto (2005) mengemukakan
bahwa manajemen pendidikan merupakan faktor yang
terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang
keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out put), oleh karena itu dalam
menjalankan kepemimpinan, harus memikirkan system, artinya dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti:
guru-guru, staff TU, Orang tua siswa/ masyarakat, Pemerintah, peserta didik,
dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan
kinerja pimpinan
Dari beberapa
pengertian manajemen secara umum dan manajemen
pendidikan di atas, dapat kita ketahui bahwa manajemen pendidikan
merupakan: 1) suatu kegiatan, 2) memanfaatkan berbagai sumber daya dan 3)
berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
2.
Pendidikan
Pendidikan
berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu
maka individu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal. Dengan
kata lain perlu mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
Menurut
Driyarkara (1980), pendidikan adalah memanusiakan manusia muda artinya dengan
pengangkatan manusia muda ke taraf mendidik.
Berdasarkan
pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa
pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan sikap, tingkah laku
lainnya dalam masyarakat setempat dan proses sosial yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh
lingkungan sehingga mereka dapat memperoleh
perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Dengan kata
lain bahwa pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan terhadap individu dalam
berprilaku.
Pendidikan
berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu
individu perlu diberikan berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal,
seperti; konsep, prinsip, kreativitas, tanggung jawab dan keterampilan. Dengan
kata lain perlu mengalami perkembangan
dalam aspek kognitif, dan psikomotor. Melalui pendidikan dapat dikembangkan
suatu keadaan yang seimbang antara perkembangan aspek individual dan aspek
sosial.
Pendidikan
merupakan kegiatan yang kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan
satu sama lain. Jika pendidikan ingin dilaksanakan secara terencana dan teratur, maka berbagai elmen yang terlibat
dalam kegiatan pendidikan perlu dikenali. Untuk itu diperlukan pengkajian usaha
pendidikan sebagai suatu sistem.
Pendekatan
sistem dalam manajemen dan organisasi pendidikan adalah sebagai suatu model yang berkaitan
erat dengan usaha-usaha pemecahan masalah pendidikan yang kompleks. Hal ini
dijalankan dengan memadukan dengan unsur-unsur yang ada dan menggunakan
berbagai metode sehingga proses yang diselenggarakan benar-benar dapat
menunjang pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efesien.
3. Fungsi Manajemen Pendidikan
Untuk
memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di bawah akan
dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif
persekolahan dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi : (1) perencanaan (planning), (2)
pengorganisasian (organizing), (3) pelaksanaan (actuating) dan (4) pengawasan
(controlling).
a.
Perencanaan
(planning)
Perencanaan
merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara
untuk mencapai tujuan tersebut. Di dalam kegiatan perencanaan ditetapkan tujuan
organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam
fungsi ini.
Arti
penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap
kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien
dan seefektif mungkin.
Indriyo
Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam
perencanaan, yaitu :
1. Penentuan tujuan.
2. Pendefinisian gabungan situasi
secara baik, yang meliputi unsur
sumber
daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.
3. Merumuskan kegiatan yang akan
dilaksanakan secara jelas dan tegas.
T. Hani
Handoko (1995) juga mengungkapkan bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan,
yaitu : (a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan; (b) merumuskan keadaan
saat ini; (c) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan; (d) mengembangkan
rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
Perencanaan
strategik sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat
pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang
sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan
perubahan lingkungan eksternal lainnya. Lebih lanjut T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas
tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai
berikut:
1. Penentuan misi dan tujuan, yang
mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan
tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci kepala sekolah. Perumusan ini
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer.
2. Pengembangan profil sekolah, yang
mencerminkan kondisi internal dan kemampuan sekolah mengidentifikasi tujuan dan
strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber
daya yang tersedia. Profil.
3. Analisa lingkungan eksternal, dengan
maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan
lingkungan dapat mempengaruhi organisasi.
b. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi
manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry
(1986) mengemukakan bahwa pengorganisasian merupakan tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka
dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna
mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
Merujuk
pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan
upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan
organisasi pelaksananya.
Ernest
Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam
proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan
total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang;
dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan
pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
c. Pelaksanaan (actuating)
Dari
seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi
manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian
lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan
fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan
langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran.
Dari
pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya
untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai
pengarahan dan pemotivasian agar semua pengelola pendidikan dapat melaksanakan
kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang
penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa
para pengelola pendidikan akan
termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu
mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi
dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh masala pribadi atau tugas lain yang
lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi
yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut
harmonis.
d. Pengawasan (controlling)
Pengawasan
(controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam
suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai
fungsi pengawasan. Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh
T. Hani Handoko (2001) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat
unsur esensial proses pengawasan yakni suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian
tujuan-tujuan lembaga pendidikan.
Dengan
demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan
agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah
tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak
penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya.
Selanjutnya
dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima
tahapan, yaitu : (a) penetapan standar pelaksanaan; (b) penentuan pengukuran
pelaksanaan kegiatan; (c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; (d)
pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan koreksi, bila
diperlukan.
Fungsi-fungsi
manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu
dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen.
Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara
berbagai fungsi manajemen.
Dalam
perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai
secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan
yang sangat vital karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di
dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola
secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik akan
menyebabkan tujuan pendidikan tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan
demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang
jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan
pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
4. Bidang Kegiatan Pendidikan
Berbicara
tentang kegiatan pendidikan, Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkan kegiatan
pendidikan dalam tiga bagian, yakni:
a. Administrasi material, yaitu
kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/ benda-benda, seperti
ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan
sekolah dan lain-lain.
b. Administrasi personal, mencakup di
dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi
murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan
memegang peranan yang sangat penting.
c. Administrasi kurikulum, seperti
tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan,
persiapan harian dan mingguan dan sebagainya.
Merujuk
kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku Panduan
Manajemen Sekolah, berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang
bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup :
a.
Manajemen
kurikulum
Manajemen
kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar
manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru
untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.
Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap : (a)
perencanaan; (b) pengorganisasian dan koordinasi; (c) pelaksanaan; dan (d)
pengendalian.
Dalam
konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006)
mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai :
(1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3)
menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master plan):
pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
2. Tahap pengembangan; meliputi
langkah-langkah : (1) perumusan rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan
visi, misi, dan tujuan; (3) penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan
dan pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6)
pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur
hasil belajar.
3. Tahap implementasi atau
pelaksanaan; meliputi langkah-langkah: (1) penyusunan rencana dan program
pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran
materi (kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi dan metode
pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran; (5)
penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting
lingkungan pembelajaran
4. Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat
sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk
penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup
Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada
pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang.
Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan,
implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki
fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam
melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian
proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif)
b.
Manajemen
Kesiswaan
Dalam
manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu : (a) siswa harus
diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk
berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait
dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi
fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena
itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki
wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar,
jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi siswa
tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan
psikomotor.
c.
Manajemen
personalia
Terdapat
empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu : (a) dalam mengembangkan
sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga; (b) sumber daya
manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga
mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan suasana organisasi di sekolah,
serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya
mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk
mencapai tujuan sekolah.
Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.
Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.
d.
Manajemen
keuangan
Manajemen
keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana,
kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan
program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara
melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari manajemen
keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu,
disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan
maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor
akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber
pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
e.
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana
sekolah
Manajemen
perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang
dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti
gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan
menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah.
Dalam
manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara
pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan
jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja
perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang
berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan
kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan
untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan
pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan
informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan
membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk
memotivasi warga sekolah.
5.
Konsep Dasar manajemen Pendidikan
Konsep
dasar dalam manajemen pendidikan harus bersifat lentur dalam arti bahwa perlu
dipertimbangkan sesuai dengan kondisi, situasi sekolah dan lingkungan yang
selalu yang berubah. Menurut Henry
Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen pendidikan sama
dengan prinsip manajemen pada umumnya, yang terdiri dari:
a. Pembagian kerja (Division of work)
b. Wewenang dan tanggung jawab
(Authority and responsibility)
c. Disiplin (Discipline)
d. Kesatuan perintah (Unity of command)
e. Kesatuan pengarahan (Unity of
direction)
f. Mengutamakan kepentingan organisasi
di atas kepentingan sendiri
g. Penggajian pegawai
h. Pemusatan (Centralization)
i.
Hirarki
(tingkatan)
j.
Ketertiban
(Order)
k. Keadilan dan kejujuran
l.
Stabilitas
kondisi karyawan
m. Prakarsa (Inisiative)
n. Semangat kesatuan, semangat korps
Konsep
dasar manajemen tersebut memiliki arti
penting dalam praktik manajemen untuk meningkatkan produktifitas kerja yang
efektif dan efesien sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang berkualitas,
antara lain melalui:
a. Menentukan cara/metode kerja
b. Pemiilihan pekerjaan dan
pengembangan keahlian
c. Pemilihan prosedur kerja
d. Menentukan batas-batas tugas
e. Mempersiapkan dan membuat spsifikasi
tugas
f. Melakukan diklat
g. Menentukan sistem dan imbalan.
B.
Penerapan
Manajemen Pendidikan
Setelah kita mengetahui pengertian, fungsi dan konsep dasar
manajemen pendidikan, maka sekrang kita mencoba menganalisis pelaksanaannya
dalam lembaga pendidikan kita dewasa ini. Ada dua hal penting yang harus
diperhatikan berkaitan dengan dunia pendidikan, yakni (1) evaluasi pendidikan,
dan (2) pemikiran untuk memfungsikan pendidikan. Dari dua hal ini jika ditarik ke dalam
menejemen pendidikan di Indonesia, ada beberapa fenomena yang dapat dilihat, diantaranya ialah :
a.
Pendidikan
belum mendewasakan anak didik.
b.
Pendidikan
belum menunjukkan objektivitas yang jelas.
c.
Pendidikan
belum mampu membangun individu belajar.
d.
Pendidikan belum mampu menghasilkan
kemandirian, dan
e.
Pendidikan
belum mampu memberdayakan dan membudayakan peserta
didik.
Kebijakan-kebijakan
pendidikan melalui kurikulum yang telah diterapkan merupakan upaya menghasilkan
peserta didik berkualitas sesuai dengan perkembangan zaman. Kemunculan MBS
(manajemen berbasis sekolah) juga merupakan sebuah alternatif pemecahan yang
menginginkan pengelolaan pendidikan yang dibebankan kepada sekolah, sehingga
apa yang diinginkan suatu lembaga pendidikan terhadap potensi peserta didik
bisa tersalurkan dengan baik.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
Manajemen pendidikan
merupakan hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan di
sekolah, sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan tujuan. Di
dalam melaksanakan kegiatan manajemen pendidikan, pengelola kegiatan ini
berupaya mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan, seperti guru, pegawai
tata usaha, sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium
dan sebagainya untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
Untuk mewujudkan manajemen pendidikan yang baik, setiap
subjek manajemen harus menguasai apa saja yang dibutuhkan dalam manajemen itu
sendiri. Subjek manajemen juga harus mengerti tentang organisasi, manajemen,
kepemimpinan, analisis SWOT manajemen pendidikan, analisis kebutuhan manajemen
dan prediksi manajemen pendidikan itu sendiri.
Berdasarkan
pada kajian teori dan aplikasi manajemen pendidikan yang telah diuraikan di
atas, dapat disimpulkan bahwa perlu suatu pembenahan dalam melaksanakan proses
manajemen pendidikan dan melaksanakan fungsi-fungsi dalam manajemen tersebut
dengan baik sehingga sebuah lembaga pendidikan dapat menigkatkan kualitas
pendidikan. Disamping itu perlunya orang-orang yang tepat dalam pelaksanaan
kegiatan manajemen pendidikan tersebut.
Daftar
Rujukan
Brantas.
2009. Dasar-Dasar Manajemen.Bandung:
Alfabeta.
Ety
Rochaety,Pontjorini Rahayungingsih, Prima Gusti Yanti. 2006. Sistem Informasi
Manajemen
Pendidikan.
Jakarata : Bumi Aksara.
http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/manajemen-pedidikan.html
George R. Terry,
1986. Asas-asas Manajemen diterjemahkan oleh Winardi.–Bandung: Alumni,
Malayu SP
Hasibuan . 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia/ Edisi Revisi.–Jakarta: Bumi Aksara,
T. Hani Handoko,
2003. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan
Operasi, Edisi 2, Yogyakarta: BPFE
T. H. Handoko,
2001. Manajemen Personalia dan Sumber
Daya Manusia, Edisi 2 Cetakan 15 tahun 2001.
Wanto,
2005. Manajemen dan Pendidikan,
Surabaya; Tabloid Nyata IV.
----------,2002. Masalah manajemen pendidikan di
Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan Ditjen Dikdasmen -
Dik menum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar