Senin, 04 Juni 2012

Manajemen Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

Lembaga pendidikan merupakan suatu sumber utama manajemen dalam mengatur proses belajar mengajar dengan tertib sehingga tercapainya tujuan lembaga pendidikan tersebut. Kepala Sekolah dan guru disekolah sangat memerlukan data-data tentang siswa, kurikulum, sarana dan sebagainya untuk pengelolaan sekolah sehari-hari. Pengawas sekolah juga membutuhkan  data-data tersebut sebagai bahan sarana supervisi. Untuk tingkat yang lebih tinggi misalnya Dinas Penididikan memerlukan data-data tersebut untuk pelaporan yang lebih tinggi, untuk melakukan pembinaan, serta menyusun rencana atau program pendidikan pada masa mendatang.
Data pendidikan di sekolah sangat banyak macam dan jenisnya. Ada yang bersifat relatif tetap dan ada yang selalu berubah. Untuk mendapatkan gambaran perubahan data dari waktu ke waktu, perlu dilakukan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan dengan menggunakan sistem yang tepat.  Agar pencatatan data lebih akurat dan benar sesuai yang diharapkan tenaga administrasi yang terampil dan mengetahui apa yang menjadi tugasnya.
Di sebuah sekolah, kepala Sekolah juga berperan sebagai administrator dibantu oleh guru dan pegawai tata usaha dengan cara membagi tugas administrasi mereka. Agar dalam melaksanakan tugas administrasi dan pelaporan data sekolah dengan cepat dan benar diperlukan suatu kemampuan dalam kegiatan manajemen sekolah.
Manajemen pendidikan untuk saat ini merupakan hal yang harus diutamakan  untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas. Namun kenyataan yang ada, banyak institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang baik dalam pengelolaan pendidikannya. Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas. Hal ini mengakibatkan sasaran-sasaran ideal pendidikan yang seharusnya bias dipenuhi ternyata tidak bisa diwujudkan. Parahnya terkadang para pengelola pendidikan bahkan tidak memahami bagaimana melakukan kegiatan manajemen di sekolah, sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan dalam proses pendidikan.
Untuk mampu melaksanakan kegiatan manajemen pendidikan dengan lebih baik, para pengelola pendidikan mulai dari pegawai tata usaha, guru hingga kepala sekolah terlebih dahulu harus memahami konsep manajemen dan fungsi-fungsi dari kegiatan manajemen tersebut.
Dalam makalah ini, penulis ingin menguraikan lebih lanjut tentang konsep dasar manajemen pendidikan dan bagaimana pelaksanaan manajemen pendidikan yang baik sehingga lembaga pendidikan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 BAB II
PEMBAHASAN

A.          Kerangka Teoritis
1.      Pengertian Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Pengertian manajemen Menurut James A.F. Stoner adalah  suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya
John D. Millett membatasi manajemen menjadi suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan (dalam Siswanto, 2005:1).Millett menekankan bahwa manajemen sebagai suatu proses, yaitu suatu rangkaian aktivitas yang satu sama lain saling berurutan, yaitu:
a.                       Proses pengarahan (process of directing), yaitu suatu rangkaian kegiatan untuk memberikan petunjuk atau instruksi dari seorang atasan kepada bawahan atau kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal dan untuk pencapaian tujuan.
b.                      Proses pemberian fasilitas kerja (process of facilitating the work), yaitu rangkaian kegiatan untuk memberikan saran dan prasarana serta jasa yang memudahkan pelaksanaan pekerjaan dari seorang atasan kepada bawahan atau kepada orang yang terorganisasi dalam kelompok formal untuk pencapaian suatu tujuan. (dalam Siswanto, 2005:1-2).
Definisi lain dari manajemen yang diuraikan oleh G.R. Terry. Menurutnya manajemen adalah suatu proses khusus yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan lainnya (dalam Hasibuan, 2005:2).
Ulbert Silalahi (1996) mendefinisikan manajemen sebagai sebagai kegiatan mendayagunakan sumber-sumber (manusia dan non manusia) dan tugas melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, pemimpinan dan pengontrolan sehingga individu atau kelompok yang bekerja sama dapat bekerja efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam konteks pendidikan, manajemen dapat diartikan dengan istilah administrasi pendidikan yakni sebagai keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dsb untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan
Wanto (2005) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (out put), oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus memikirkan system, artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti: guru-guru, staff TU, Orang tua siswa/ masyarakat, Pemerintah, peserta didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan
Dari beberapa pengertian manajemen secara umum dan manajemen  pendidikan di atas, dapat kita ketahui bahwa manajemen pendidikan merupakan: 1) suatu kegiatan, 2) memanfaatkan berbagai sumber daya dan 3) berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

2.      Pendidikan
Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu maka individu diberi berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal. Dengan kata lain perlu mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut Driyarkara (1980), pendidikan adalah memanusiakan manusia muda artinya dengan pengangkatan manusia muda ke taraf mendidik.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikatakan  bahwa pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan sikap, tingkah laku lainnya dalam masyarakat setempat dan  proses sosial yang terjadi  pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan sehingga mereka dapat  memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum. Dengan kata lain bahwa pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan terhadap individu dalam berprilaku.
Pendidikan berusaha mengembangkan potensi individu agar mampu berdiri sendiri. Untuk itu individu perlu diberikan berbagai kemampuan dalam pengembangan berbagai hal, seperti; konsep, prinsip, kreativitas, tanggung jawab dan keterampilan. Dengan kata  lain perlu mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, dan psikomotor. Melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara perkembangan aspek individual dan aspek sosial.
Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu sama lain. Jika pendidikan ingin dilaksanakan secara terencana dan  teratur, maka berbagai elmen yang terlibat dalam kegiatan pendidikan perlu dikenali. Untuk itu diperlukan pengkajian usaha pendidikan sebagai suatu sistem.
 Pendekatan sistem dalam manajemen dan organisasi pendidikan adalah sebagai suatu model yang berkaitan erat dengan usaha-usaha pemecahan masalah pendidikan yang kompleks. Hal ini dijalankan dengan memadukan dengan unsur-unsur yang ada dan menggunakan berbagai metode sehingga proses yang diselenggarakan benar-benar dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efesien.

3.      Fungsi Manajemen Pendidikan
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi :  (1) perencanaan (planning), (2) pengorganisasian (organizing), (3) pelaksanaan (actuating) dan (4) pengawasan (controlling).
a.             Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Di dalam kegiatan perencanaan ditetapkan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan.  Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin.
Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu :
1.   Penentuan tujuan.
2.   Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur
                        sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.
3.   Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.
T. Hani Handoko (1995) juga mengungkapkan bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu : (a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan; (b) merumuskan keadaan saat ini; (c) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan; (d) mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
Perencanaan strategik sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya. Lebih lanjut  T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
1.      Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci kepala sekolah. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer.
2.      Pengembangan profil sekolah, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan sekolah mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber daya yang tersedia. Profil.
3.      Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi.

b. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa pengorganisasian merupakan tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
Merujuk pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.

c.  Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar semua pengelola pendidikan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa para pengelola pendidikan  akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh masala pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

d.  Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (2001) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan yakni suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan lembaga pendidikan.
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu : (a) penetapan standar pelaksanaan; (b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; (c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; (d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang sangat vital karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik akan menyebabkan tujuan pendidikan tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.

4.  Bidang Kegiatan Pendidikan
Berbicara tentang kegiatan pendidikan, Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkan kegiatan pendidikan dalam tiga bagian, yakni:
a.       Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/ benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain.
b.      Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.
c.       Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan dan sebagainya.
Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup :
 
a.      Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap : (a) perencanaan; (b) pengorganisasian dan koordinasi; (c) pelaksanaan; dan (d) pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
1.      Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai : (1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3) menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
2.      Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah : (1) perumusan rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan tujuan; (3) penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur hasil belajar.
3.      Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah: (1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan pembelajaran
4.      Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif)

b.      Manajemen Kesiswaan
Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu : (a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.

c.       Manajemen personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu : (a) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.
Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.

d.      Manajemen keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.

e.        Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah.
Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.

5.       Konsep Dasar manajemen Pendidikan
Konsep dasar dalam manajemen pendidikan harus bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi, situasi sekolah dan lingkungan yang selalu  yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis,  prinsip-prinsip umum manajemen pendidikan sama dengan prinsip manajemen pada umumnya, yang terdiri dari:
a.       Pembagian kerja (Division of work)
b.      Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
c.       Disiplin (Discipline)
d.      Kesatuan perintah (Unity of command)
e.       Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
f.       Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
g.      Penggajian pegawai
h.      Pemusatan (Centralization)
i.        Hirarki (tingkatan)
j.        Ketertiban (Order)
k.      Keadilan dan kejujuran
l.        Stabilitas kondisi karyawan
m.    Prakarsa (Inisiative)
n.      Semangat kesatuan, semangat korps
Konsep dasar manajemen  tersebut memiliki arti penting dalam praktik manajemen untuk meningkatkan produktifitas kerja yang efektif dan efesien sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang berkualitas, antara lain melalui:
a.       Menentukan cara/metode kerja
b.      Pemiilihan pekerjaan dan pengembangan keahlian
c.       Pemilihan prosedur kerja
d.      Menentukan batas-batas tugas
e.       Mempersiapkan dan membuat spsifikasi tugas
f.       Melakukan diklat
g.      Menentukan sistem dan imbalan.
 
B.              Penerapan Manajemen Pendidikan
Setelah kita mengetahui pengertian, fungsi dan konsep dasar manajemen pendidikan, maka sekrang kita mencoba menganalisis pelaksanaannya dalam lembaga pendidikan kita dewasa ini. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan dunia pendidikan, yakni (1) evaluasi pendidikan, dan (2) pemikiran untuk memfungsikan pendidikan.  Dari dua hal ini jika ditarik ke dalam menejemen pendidikan di Indonesia, ada beberapa fenomena yang dapat dilihat,  diantaranya ialah :
a.             Pendidikan belum mendewasakan anak didik.
b.            Pendidikan belum menunjukkan objektivitas yang jelas.
c.             Pendidikan belum mampu membangun individu belajar.
d.             Pendidikan belum mampu menghasilkan kemandirian, dan
e.             Pendidikan belum mampu memberdayakan dan membudayakan peserta
         didik.
             Kebijakan-kebijakan pendidikan melalui kurikulum yang telah diterapkan merupakan upaya menghasilkan peserta didik berkualitas sesuai dengan perkembangan zaman. Kemunculan MBS (manajemen berbasis sekolah) juga merupakan sebuah alternatif pemecahan yang menginginkan pengelolaan pendidikan yang dibebankan kepada sekolah, sehingga apa yang diinginkan suatu lembaga pendidikan terhadap potensi peserta didik bisa tersalurkan dengan baik.


BAB III
PENUTUP

Manajemen pendidikan merupakan hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan di sekolah, sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan tujuan. Di dalam melaksanakan kegiatan manajemen pendidikan, pengelola kegiatan ini berupaya mengkoordinasikan berbagai sumber daya pendidikan, seperti guru, pegawai tata usaha, sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium dan sebagainya untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mewujudkan manajemen pendidikan yang baik, setiap subjek manajemen harus menguasai apa saja yang dibutuhkan dalam manajemen itu sendiri. Subjek manajemen juga harus mengerti tentang organisasi, manajemen, kepemimpinan, analisis SWOT manajemen pendidikan, analisis kebutuhan manajemen dan prediksi manajemen pendidikan itu sendiri.
            Berdasarkan pada kajian teori dan aplikasi manajemen pendidikan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa perlu suatu pembenahan dalam melaksanakan proses manajemen pendidikan dan melaksanakan fungsi-fungsi dalam manajemen tersebut dengan baik sehingga sebuah lembaga pendidikan dapat menigkatkan kualitas pendidikan. Disamping itu perlunya orang-orang yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan manajemen pendidikan tersebut.

Daftar Rujukan

Brantas. 2009. Dasar-Dasar Manajemen.Bandung: Alfabeta.

Ety Rochaety,Pontjorini Rahayungingsih, Prima Gusti Yanti. 2006. Sistem Informasi
Manajemen Pendidikan. Jakarata : Bumi Aksara.

http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/manajemen-pedidikan.html

George R. Terry, 1986. Asas-asas Manajemen  diterjemahkan oleh Winardi.–Bandung: Alumni, 

Malayu SP Hasibuan . 2002.  Manajemen Sumber Daya Manusia/ Edisi Revisi.–Jakarta: Bumi Aksara,

T. Hani Handoko, 2003. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi 2, Yogyakarta: BPFE

T. H. Handoko, 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 2 Cetakan 15 tahun 2001.

Wanto, 2005. Manajemen dan Pendidikan, Surabaya; Tabloid Nyata IV.


----------,2002. Masalah manajemen pendidikan di Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan Ditjen Dikdasmen - Dik menum.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar